Apa Itu Toleransi?

Dalam masyarakat majemuk persoalan toleransi menjadi isu yang sering di bicarakan. 

Kemajemukan sebagai potensi alamiah yang diberikan Tuhan pada dasarnya sebagai pelajaran bagi manusia untuk saling interaksi serta mengenal antar sesama. 

Akan tetapi potensi alamiah ini akan  menjadi persoalan jika tidak di kelola dengan baik. Toleransi menjadi salah satu sikap yang tepat dalam merespon kemajemukan itu. 

Namun apa sih yang disebut dengan toleransi itu ?   

Para sarjana sendiri sebenarnya mengakui bahwa toleransi adalah sebuah konsep moral yang kompleks dan elusif. Merujuk pada kosa kata bahasa inggris istilah toleransi disebut Tolerance dan Toleration. "Tolerance" mengarah pada praktek toleran sementara "Toleration" untuk doktrin eksplisit bahwa orang harus toleran. Secara historis tidak ada "Tolerance" sebelum ada "Toleration" (Nicholson:1985).

Asumsi dasar dari konsep ini menurut Forst bahwa toleransi harus dilihat secara logis sebagai attitude dalam artian sikap bukan nilai. Justru Toleransi ini membutuhkan sandaran nilai. Maksud nilai di sini ialah nilai yang bersifat universal seperti keadilan, kebebasan, kesejahteraan.

Setidaknya terdapat beberapa konseptual dalam pandangan forst

Pertamacontext of tolerance. Tindakan toleransi tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai konteks. Sikap toleran dalam satu konteks boleh jadi tidak bisa diterima dalam konteks yang lain. Dalam konteks sehari-hari, misalnya, membiarkan anak untuk malas belajar atau sekolah padahal ketika masa ujian sedang mendekat, itu sulit untuk dikatakan sebagai sikap toleran.

Keduaobjection component. Toleransi mengandung pertimbangan negatif berupa keberatan-keberatan tertentu terhadap sikap, pandangan, keyakinan atau pemikiran. hal yang wajar jika  seseorang tidak selalu setuju terhadap sesuatu tindakan, norma, pandangan etis, atau kebijakan. Namun demikian, orang tidak harus melakukan pemaksaan pendapat dan menolak serta merta semua apa tidak disetujuinya. Di situlah toleransi harus hadir sebagai tindakan moral.

Ketiga, acceptance component. Maksudnya ialah adanya alasan-alasan positif (positive reasons) yang mendorong penerimaan untuk menolerir suatu tindakan, norma, pandangan etis atau kebijakan, dan mengafirmasi bahwa seseorang akan salah jika bersikap melakukan intervensi orang lain melakukan apa yang ditolaknya tersebut.

Keempatrejection component. Komponen keempat ini terkait dengan batas-batas toleransi, yakni sejauh mana toleransi harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Toleransi memiliki batasnya untuk dilakukan. Dalam konteks pertimbangan mengenai batas-batas toleransi (limits of tolerance), elemen penolakan terletak pada batas paling ujung dari penerimaan dan berhimpit dengan garis penolakan.Batas-batas toleransi selalu dinamis dan diperdebatkan dalam beragam konteks.

Konsekwensi dari toleransi sebagai tindakan moral instrumental yang terbuka dan tidak independen, toleransi tidak pernah menawarkan nilai substantif tentang apa yang harus ditolerir atau diterima; apa yang harus ditolak; sejauh mana batas-batas tindakan harus ditolerir dan tidak ditolerir? Artinya, toleransi sangat tergantung kepada konstruksi normatif agensi moralnya, siapa yang melakukan dan bagaimana mengekspresikannya 

Daftar Pustaka

Forst, Rainer (2013). Toleration in Conflict: Past and Present. Cambridge: Cambridge University Press.

Nicholson,  Peter  P.  Toleration  as  a  Moral  Ideal,  dalam  John  Horton  &  Susan  Mendus  (ed.).   Aspect   of   Toleration:  Philosophical   Studies.   Cambridge:   Cambridge   University Press, 1985

Belum ada Komentar untuk "Apa Itu Toleransi?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel