Sejarah Bangsa Mongol

Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia. Wilayahnya terbentang dari kawasan Asia Tengah hingga menyentuh Siberia Utara, Tibet Selatan hingga ke Manchuria Barat, dan Turkistan Timur.

Ada pula yang berpendapat bahwa Bangsa Mongol tinggal di kawasan yang terbentang dari Manchuria hingga Hongaria. Menurut suatu sumber arkeologis, nenek moyang bangsa Mongol diperkirakan telah mendiami sebelah selatan gurun Gobi pada 100.000 sampai 200.000 tahun yang lalu. Tepatnya pada masa Zaman Batu Awal.

Sekitar abad pertama sebelum masehi, telah ada komunitas-komunitas manusia yang memiliki kebudayaan perunggu. Kebudayaan perunggu merujuk pada penggunaan alat-alat perunggu dalam pekerjaannya (bronze-working peoples).

Memasuki abad ketiga SM, orang-orang Mongol mulai membentuk aliansi kesukuan untuk mengancam Cina. Mereka juga mulai menyebar ke pedalaman Asia sebagai pemburu di hutan maupun suku nomad.

Terkait mengenai jejak prasejarah di kawasan Asia Tengah, Bertold Spuler mengatakan bahwa setelah sekitar 200 SM, terjadi migrasi besar-besaran ke wilayah timur yang dilakukan oleh orang Indo-Eropa yang kemudian menetap di sana.

Tempat yang semula menjadi lokasi berkumpulnya para pendatang IndoEropa, menjadi bentuk awal dari gambaran populasi dan bentuk karakter yang khas di kawasan Asia Tengah hingga hari ini. Daerah ini didiami oleh dua bangsa yang hidup berdampingan yang memiliki beberapa ciri umum yang serupa, namun berbeda dalam bahasanya.

Kedua bangsa ini adalah Turk dan Mongol. Sejak dimulainya era Kristen, aktivitas kedua bangsa ini telah banyak ditemukan dalam sumber-sumber sejarah Cina. Mereka dikenal dengan serbuan-serbuannya yang bertujuan mendapatkan jarahan, sampai ketika bangsa Cina berhasil membangun tembok besar Cina (The Great Wall) untuk menghentikan aksi pengrusakan mereka.

Peneliti serta masyarakat luas dewasa ini, tentu amat sulit mendapatkan sumber terpercaya mengenai peninggalan arkeologis bangsa Mongol. Menurut Gulugjab Tagghudai, kelangkaan ini bukanlah tanpa sebab, melainkan bertalian erat dengan historisitas bangsa Cina yang pernah menduduki daerah yang semula didiami oleh bangsa Mongol.

Pada beberapa abad yang lalu, bangsa Cina banyak menghancurkan artefak yang dipelihara orang Mongol sejak masa Jengis Khan. Bahkan, di beberapa wilayah Cina yang terdapat monumen atau suatu pertanda yang menghormati Jangis Khan dihancurkan pula.

Ironisnya, di seluruh dunia sejarah Jengis Khan dan bangsa Cina selalu disebutkan sebagai suatu masa keemasan peradaban Cina (glorious China).

Seiring berjalannya waktu, bangsa Mongol mulai mendiami kawasan yang sangat luas mulai dari semenanjung Korea di timur melewati bagian utara dataran tinggi Cina sampai ke wilayah Kazakhstan.

Mereka juga mendiami pegunungan Pemir dan danau Balkash di sebelah barat. Nama Mongol sendiri kemudian baru dikenal sebagai salah satu bangsa utama dari banyak sebaran orang yang berasal dari Mongolia pada abad 8 SM yang memiliki karakter etnologis tertentu.

Merujuk pada penjelasan Badri Yatim yang mengutip dari Ahmad Syalabi yang menyebutkan bahwa nenek moyang orang Mongol bernama Alanja Khan yang memiliki dua putra kembar bernama Mongol dan Tatar.

Mongol memiliki anak bernama Ilkhan yang di kemudian hari menjadi pemimpin bangsa Mongol. Sedangkan menurut Hasan Ibrahim Hasan, nama Mongol sendiri memiliki kaitan historis dengan istilah Tatar.

Namun begitu, Hasan lebih condong untuk menggunakan istilah Tatar untuk menyebut bangsa Mongol. Tatar sendiri memiliki makna “suatu tahun di mana terjadi beberapa pergantian masa”. Pemaknaan ini tidak lain lahir dari dua kabilah Tatar yang menghubungkan diri pada penggambaran Urkhun Turki yang terdapat pada masa abad 2 H (sekitar abad 8 M).

Pemaknaan yang sama juga ditujukan pada Mongol secara keseluruhan maupun bagi kabilah sejenis.25 Ketika memasuki abad 13, serbuan pasukan Mongol ke barat di bawah pimpinan Jengis Khan menyebabkan perkawinan silang antara kebudayaan dan masyarakat di seluruh benua Asia.

Walaupun pada kenyataannya, Jengis Khan tidak menghilangkan Tatar sebagai suku, orang Mongolia keturunan Turk juga dikenal dengan sebutan Tatar. Namun, bangsa Eropa menggunakan istilah ini tanpa melihat aspek perbedaannya dalam segi apapun.

Bagi semua bangsa pengembara dikategorikan sebagai orang barbar yang kasar yang menurut mereka hanya menyebarkan ketakutan dan kebencian.

Oleh karena itu, mereka mengeja nama Tartar dari Tartarus yang merupakan neraka gelap dalam mitologi Yunani. Dewasa ini, baik penyebutan Mongol maupun Tartar sering digunakan secara bergantian.

Sumber: Nursyad


Belum ada Komentar untuk "Sejarah Bangsa Mongol"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel