Variasi Bahasa dalam Pandangan Holmes

 

Bahasa memiliki sejumlah variasi dan perbedaan. Para ahli mencoba memberikan berbagai pengertian tentang variasi bahasa.

Holmes (1994) mendefinisikan variasi bahasa sebagai berikut: “variety is a specific set of linguistic items on speech patterns (for example: sounds, words, grammatical features) which can uniquely associate external factor (in social groups)”. Artinya variasi bahasa adalah sekumpulan item-item linguistik khusus terhadap pola-pola bahasa (seperti: bunyi, kata[1]kata, ciri-ciri tata bahasa) yang secara unik dapat menghubungkan faktor eksternal (dalam kelompok-kelompok masyarakat).

Holmes (1994) juga membedakan variasi bahasa ke dalam bahasa vernacular, standard, Lingua Franca, Pidgin dan Creole.

Vernacular, digunakan dalam banyak cara. Vernacular biasanya merujuk pada sebuah bahasa yang belum distandarkan (dibakukan) dan belum memiliki status resmi. Misalnya: bahasa Buang di Papua New Guinea disebut sebagai bahasa vernacular.

Di dalam masyarakat multilingual, banyak etnis (suku) yang berbeda atau bahasa yang berbeda digunakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda merujuk pada bahasa-bahasa vernacular. Seperti Indonesia memiliki banyak bahasa vernacular misalnya: ada bahasa Jawa, Sunda, Batak, Minang, Sasak, Betawi, Madura dan sebagainya.

Semua bahasa-bahasa tersebut merujuk kepada bahasa vernacular. Vernacular biasanya disebut sebagai bahasa pertama dipelajari oleh orang-orang dalam masyarakat multilingual dan ia digunakan dalam jarak hubungan yang relatif dekat dari fungsi-fungsi informal.

Istilah vernacular pada umumnya merujuk pada bahasa percakapan (bahasa sehari-hari) digunakan untuk berkomunikasi di rumah dengan teman-teman dekat. Ia juga disebut sebagai bahasa solidaritas antara orang-orang dari kelompok suku yang sama. Bahasa vernacular juga digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi sehari-hari dalam domain-domain informal.

Standard, bahasa standar lebih halus dari pada bahasa vernacular karena ia digunakan dalam banyak cara yang berbeda oleh para ahli bahasa.

Variasi standar pada umumnya merupakan bahasa tulis dan yang telah melalui beberapa tingkatan aturan atau kodifikasi (misalnya: dalam sebuah grammar dan sebuah kamus).

Variasi standar dikenal sebagai variasi yang berwibawa oleh sekelompok masyarakat, dan variasi ini digunakan untuk fungsi-fungsi yang formal (tinggi) sepanjang adanya perbedaan-perbedaan dari variasi informal (rendah).

Holmes (1994) mengemukakan bahwa perkembangan dari bahasa Inggris menjelaskan tiga kriteria penting yang mencirikan/menunjukkan sebuah bahasa standar yaitu: ia merupakan variasi yang berwibawa dan berpengaruh, ia dibakukan dan distabilkan dan ia membantu fungsi-fungsi formal (tinggi) yang digunakan oleh banyak orang untuk berkomunikasi di pengadilan, literatur dan administrasi.

Lingua Franca diartikan oleh Wardhaugh (1998) sebagai berikut: “a lingua Franca as a language which is used habitually by people whose mother tongues are different in order to facilitate communication between them”.

Artinya bahwa UNESCO pada tahun 1953 dalam Wardhaugh (1998) mendefinisikan Lingua Franca sebagai bahasa yang digunakan secara kebiasaan oleh orang-orang yang bahasa ibunya berbeda untuk memfasilitasi komunikasi di antara mereka.

Definisi ini tidak berbeda apa yang dikemukakan oleh Holmes (1994) sebagai berikut: “Lingua Franca defined as a language used for communication between people whose first langauges differ” . Artinya bahwa Lingua Franca diartikan sebagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di antara orang-orang yang bahasa pertamanya berbeda.

Lingua Franca disebut juga sebagai bahasa pergaulan di antara orang-orang yang bahasa pertamanya berbeda untuk berkomunikasi di antara mereka. Misalnya Tukano merupakan Lingua Franca yang digunakan di antara orang[1]orang Colombia dan India, yang tinggal di daerah Amazon antara wilayah Colombia dan Brazil.

Jika orang-orang India ingin berkomunikasi dengan non India, mereka menggunakan Lingua Franca sebagai bahasa kedua mereka. Di Papua New Guinea, Tokpisin dijadikan sebagai Lingua Franca. Lingua Franca, pada awalnya sering berkembang sebagai bahasa perdagangan yang menjelaskan adanya pengaruh dari faktor-faktor ekonomi terhadap perubahan bahasa.

Di Afrika Barat, Hausa dipelajari sebagai bahasa kedua dan digunakan hampir di setiap tempat pasar. Di Afrika Timur, Swahili digunakan secara meluas sebagai bahasa perdagangan dan ia juga dikenal dan digunakan secara meluas di pemerintahan Tanzania, bahkan dipilih untuk dipromosikan sebagai bahasa nasional negeri tersebut. Sejarah Tokpisin juga sama dengan sejarah bahasa Swahili.

Ia meluas sebagai Lingua Franca yang bermanfaat untuk perdagangan di Papua New Guinea, dan menjadi terkenal dan digunakan serta diangkat sebagai bahasa resmi. Di belahan dunia yang lain, bahasa Arab, Mandarin dan Hindi telah digunakan sebagai Lingua Franca.

Dari sini, bahasa Arab menjadi Lingua Franca dihubungkan dengan meluasnya Islam. Kini, bahasa Inggris digunakan di banyak tempat dan banyak tujuan sebagai Lingua Franca, misalnya: dalam perjalanan dan sering dalam perdagangan, komersial dan hubungan-hubungan Internasional.

Pidgin merupakan sebuah bahasa yang tidak memiliki native speaker, ia bukan bahasa pertama seseorang tetapi ia merupakan bahasa kontak (Holmes, 1994).

Pidgin seringkali dianggap sebagai variasi yang diturunkan untuk sebuah bahasa ‘norma’ yakni, salah satu dari bahasa-bahasa dominan. Dengan penyederhanaan tata bahasa dan kosakata dari bahasa itu, variasi Fonologi yang dapat dipertimbangkan, kebutuhan-kebutuhan spesial dari kelompok kontak.

Proses Pidginisasi mungkin memerlukan sebuah situasi yang melibatkan sedikitnya tiga bahasa, satu dari bahasa dominan di atas yang lainnya. Pidgin bangkit dari penyederhanaan sebuah bahasa ketika bahasa itu datang untuk mendominasi kelompok-kelompok penutur yang dipisahkan dari yang lain oleh perbedaan-perbedaan bahasa.

Misalnya bahasa China Pidgin digunakan secara penting oleh para penutur dari bahasa-bahasa China yang berbeda, dan Tokpisin digunakan sebagai sebuah bahasa persatuan di antara para penutur dari banyak bahasa-bahasa yang berbeda di Papua New Gunea.

Dengan penyederhanaan tata bahasa dan kosakata dari bahasa itu, variasi Fonologi yang dapat dipertimbangkan, kebutuhan-kebutuhan spesial dari kelompok kontak.

Proses Pidginisasi mungkin memerlukan sebuah situasi yang melibatkan sedikitnya tiga bahasa, satu dari bahasa dominan di atas yang lainnya. Pidgin bangkit dari penyederhanaan sebuah bahasa ketika bahasa itu datang untuk mendominasi kelompok-kelompok penutur yang dipisahkan dari yang lain oleh perbedaan-perbedaan bahasa.

Misalnya bahasa China Pidgin digunakan secara penting oleh para penutur dari bahasa-bahasa China yang berbeda, dan Tokpisin digunakan sebagai sebuah bahasa persatuan di antara para penutur dari banyak bahasa-bahasa yang berbeda di Papua New Gunea.

Creole sering diartikan sebagai sebuah Pidgin yang tidak menjadi bahasa pertama dari para penutur generasi baru. Creole menurut (Holmes, 1994) merupakan Pidgin yang telah diperoleh para penutur aslinya. Banyak bahasa disebut Pidgin padahal faktanya sekarang disebut bahasa Creole.

Misalnya: Tokpisin adalah satu contoh Pidgin yang jelas telah berkembang ke dalam Creole sering diartikan sebagai sebuah Pidgin yang tidak menjadi bahasa pertama dari para penutur generasi baru. Creole menurut (Holmes, 1994) merupakan Pidgin yang telah diperoleh para penutur aslinya. Banyak bahasa disebut Pidgin padahal faktanya sekarang disebut bahasa Creole. Misalnya: Tokpisin adalah satu contoh Pidgin yang jelas telah berkembang ke dalam

Belum ada Komentar untuk "Variasi Bahasa dalam Pandangan Holmes"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel